Jumat, 11 April 2014

(Makalah Akhlak Tasawuf) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji ke hadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Akhlak Tasawuf yang sederhana  ini.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT., kepada Nabi Muhammad Saw, seluruh keluarganya, para sahabat, tabi’in, dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang factor-faktor yang mempenngaruhi pembentukan akhlak yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.




Bekasi, 12 April 2014

Penyusun


         Irpan Maulana








BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara masalah pembentukan akhlak dan berbicara masalah tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut Muhammah athiyah al-abrasyi yang dikutip oleh Abudin Nata mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula Ahmad D. Marimba bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama islam.
Sebagai umat muslim kita harus senantiasa taat menjalankan perintah agama, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-Nya; di jaman sekarang ini, mungkin banyak diantara kita yang masih kurang memperhatikan dan mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang memang seharusnya kita utamakan,disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun  خُلُقٌ  yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan  خَالِقٌ  yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun  مَخْلُوْقٌ  yang berani yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa:
Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan lain sebagainya).
Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Dr. M. Abdulah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.

B.     Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
Akan tetapi, menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini cendrung kepada perbaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung pada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa bentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin.

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Menurut H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6, yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan pendidikan.

1.       Insting

Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.
Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterima.
Dengan demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai  kita katakan diata. Kadang-kadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam  insting lainnya. Demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu sebaliknya. Banyak dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan keahlian dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan apabila seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dang apa yang seharusnya ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.

Macam-macam insting :
a.       Insting menjaga diri sendiri
b.      Insting menjaga lawan jenis
c.       Insting merasa taku

2.      Pola Dasar Bawaan

Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:
a.       Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.
b.      Sifat-sifat bangsa.
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

3.      Lingkungan

Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.
Lingkungan ada dua macam, yaitu:
a.        Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubu tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.
b.       Lingkungan pergaulan
Sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran-pikiran, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia.
Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau menyesuaikan diri kepadanya.

4.      Kebiasaan

Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan, dan diulang terus menerus
Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.

5.       Kehendak

1.       Pengertian
Suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adala detik hati, bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
2.       Kehendak adalah kekuatan
Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.
3.      Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a.                   Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b.                  Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.


c.                   Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.


4.      Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat  bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.

6.      Pendidikan

Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.
Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1.      Tenaga pendidik
2.      Materi pengajaran
3.      Metodologis pengajaran
4.      Lingkungan sekolah

D.    Menurut Para Aliran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umunya, ada tiga aliran yaitu:
1.      Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.

2.      Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan.
3.      Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari hadits di bawah ini. 

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهوّدانه او ينصّرانه او يمجّسانه (رواه البخاري)
                                    
Artinya: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori).

Dari  hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedau orang tua.


BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerja sama yang baik anatar tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

  
DAFTAR PUSTAKA


v  Ahmad, Imam S, Tuntunan Akhlaqul Karimah (Jakarta: LEKDIS)
v  Moh. Amin, Drs. Pengantar Ilmu Akhlaq (Surabaya: EXPRESS)
v  Mustofa. A. Drs. H. Akhlak Tasawuf (Bandung CV. Pustaka Setia)
v  Nata. MA, Abuddin, Prof. Dr. H, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar